Dec
17

Ratapan Belangun Orang Rimba

KLIP 1 : Ratapan Belangun Orang Rimba
081204-kon-usm-elvi-mf-belangun_budaya kematian orang rimba
Sambil meneruskan perjalanan, sekelompok Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas terus meratapi kematian salah seorang anggota kelompoknya. Inilah saat Belangun bagi orang Rimba. Pada Orang Rimba, peristiwa kematian selalu identik dengan budaya belangun, yaitu ketika salah seorang anggota kelompoknya meninggal, maka seluruh anggota kelompok itu harus pergi meninggalkan tempat tinggal serta ladang mereka dan mencari tempat tinggal yang baru.
Jarak dan lamanya masa belangun dilihat dari siapa anggota kelompok orang rimba yang meninggal, jika seorang temenggung atau pemimpin yang meninggal, lamanya belangun bisa bertahun-tahun. Namun jika hanya seorang anak-anak lama belangun hanya 4 hingga 5 bulan. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam proses belangun selanjutnya, kelompok orang rimba akan kembali ke tempat mereka semula.
Beduring, anggota kelompok Orang Rimba mengaku sudah melakukan 4 kali proses belangun.

KLIP 2 : Beduring soal pergi melangun
Mula pertamo Nyai meninggal, di Eik Iban dia meninggal, jadi kami pergi ke trans SP G, Kalu Bini Bekincai yang meninggal, Bini nang tuo meninggal kami pergi ke Jernai. Kalu bini Bekincai, bini nang Mudo, awak pergi ke Simpang Sungai Rengas.

Beduring, anggota kelompok Orang Rimba mengatakan setelah nenek dan dua orang kakak iparnya yang meninggal, kali ini kelompoknya pergi belangun karena ibunya yang meninggal dunia.
Sebelum pergi belangun, beberapa orang laki-laki dari kelompok yang meninggal terlebih dahulu akan membuat genah pasaron atau pondok tempat menyimpan mayat, pondok itu dibuat di suatu tempat di hutan yang tersembunyi dan jarang dilewati orang. Di dekat si mayat kemudian diletakkan beberapa peralatan yang biasa digunakan olehnya semasa hidup, seperti parang, periuk, kain, dan kujur atau tombak. Alat-alat itu dimaksudkan sebagai bekal di dunianya yang baru, dengan begitu di dunia yang baru diharapkan dia bisa hidup layak. Untuk menghilangkan kesedihan hati, kata Beduring, Genah pasaron itu tidak akan pernah dikunjungi orang rimba lagi.

KLIP 3 : Beduring soal jenazah yang tidak dijenguk lagi
Mangko jenazah tidak ditengok lagi, hati kito lah sudah sedih, ibo hati kita pada bekasnyo itu. Jadi kalau sudah diletak itu tidak ditengok lagi.

Begitu tabunya bagi orang rimba untuk mengenang apalagi menyimpan barang-barang peninggalan saudara mereka yang meninggal, termasuk foto. Seperti diceritakan Robert Aritonang, Koordinator Program Komunitas Konservasi Indonesia, KKI Warsi.

KLIP 4 : Robert soal foto orang rimba yang meninggal
Tapi mereka sangat marah ke warsi dulu saat melihat foto salah seorang tumenggung masih juga kami tempelkan di kantor. Mereka tidak sampai hati melihat foto itu dan langsung meraung menangis. Mereka bilang, wah ini kalian sangat tidak pantas membuat seperti ini pada orang meninggal, karena dia sudah meninggal tidak boleh ada foto. Kalau kami semua barang sisa dia harus dilupakan.

Menurut Koordinator Program KKI Warsi, Robert Aritonang, bagi orang rimba belangun merupakan sarana kapital sosial untuk tetap mempertahankan adat istiadat mereka yang telah diwariskan secara turun temurun sebagai kelompok masyarakat asli yang nomaden. Selain itu, belangun bagi sebagian anggota kelompok juga dapat djadikan cara untuk memisahkan diri dari kelompok.

KLIP 5 : Robert soal alasan memisahkan diri
Jangan selalu anggap kalau belangun satu kelompok ini selalu pergi ke satu lokasi. Tidak. Mereka bahkan pergi ke beberapa lokasi. Dengan kata lain kelompok ini pecah. Itu memang secara teori kebanyakan suku-suku, sebutlah suku-suku yang bernomaden di dunia memang seperti itu. Akan selalu ada mekanisme budaya yang memecahkan anggota kelompok supaya jangan terkonsentrasi di satu kawasan itu karena sumber daya tidak tersedia banyak. Kalau terlalu banyak anggota kelompok di situ memang daya dukung dari sumber daya hutan itu tidak cukup dibagi-bagi. Jadi caranya adalah membagi anggota kelompok ini menjadi sebagian di sini dan sebagian di sini.

Koordinator Program KKI Warsi, Robert Aritonang mengatakan, Budaya belangun inilah yang sangat tidak disukai pemerintah, budaya belangun dianggap penghalang untuk mensukseskan program pemerintah yang ingin Orang Rimba hidup menetap seperti masyarakat luar umumnya.

Demikian laporan yang disusun kontributor KBR68H dari Jambi, Muhamad Usman dan Elvidayanty.




5 komentar:

Kristina Dian Safitry said...

budaya belangun? duh kalo gitu jgn ada yg meninggal...he..he...

Anonymous said...

mudah-mudahan lahan di jambi masih tersedia untuk budaya belangun.

bu melfa said...

kebudayaan harus tetap di jaga itu termasuk kekayaan kita

Anonymous said...

suatu kekayaan bukan hanya dilihat oleh duit , tetapi suatu kekayaan bisa juga dengan kebuyaan malahan tidak dapat di nilai oleh duit manapun....

salam kenala dari ciamis

Anonymous said...

:Dsetuju sobat

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Enter your Photobucket address:

Delivered by - Kubu Gaul

Google
Template by : Aril x-template.blogspot.com